WARTAJATENG.ORG, Klaten – Upacara penurunan bendera atau aubade, pada peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80, 17 Agustus 2025 lalu, di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, agak ternoda. Di balik kesuksesan kegiatan tersebut, ternyata tersimpan kekecewaan dan pukulan mental yang mendalam bagi Ayodya (14 tahun), salah satu siswi kelas IX di SMP Negeri 2 Klaten.
Saking kecewanya, Ayodya hingga saat ini masih mengalami trauma untuk masuk sekolah. Gara-garanya, siswi beragama Hindu ini gagal masuk tim aubade sekolah. Pihak sekolah menerapkan aturan wajib berhijab bagi peserta tim aubade. Demi kekompakan dan keseragaman. Memang benar, tim aubade sekolah SMP N 2 Klaten akhirnya keluar sebagai Juara I jenjang SMP/MTS dalam kejuaraan aubade antar sekolah tinkat kabupaten tersebut.
Ditemui di rumahnya, di Desa Sumopuro, Kecamatan Jogonalan Klaten, Jawa Tengah, ibunda Ayodya, Ika Swastina Puspitasari menceritakan, anak sulungnya tersebut sudah sepekan mengurung diri di kamar. Tidak mau menemui siapa pun. Ayodya mengalami pukulan mental karena gagal masuk tim aubade sekolah gara-gara tidak berhijab.
“Padahal, untuk mempersiapkan diri masuk tim aubade, Ayodya sejak kelas VIII sudah mengikuti ekstra kurikuler paskibra (pasukan pengibar bendera), yang di SMP Negeri 2 Klaten disebut Garda Satya (GS). Waku itu, demi memenuhi syarat masuk GS, anak saya bahkan rela memotong rambut pendek sepanjang yang hampir menyentuh pinggang,” cerita vita, panggilan sehari-hari ibunda Ayodya.
Tapi kali ini, tegas Vita, syarat wajib berhijab untuk masuk tim aubade tidak mungkin dipenuhi Ayodya, yang sejauh ini menyandang status sebagai atlit renang dan artis modeling berprestasi. Maka, demi menjaga sportivitas dan keadilan, serta memenuhi hak sebagai warga negara Indonesia, ditegaskan Vita, ibundanya, Ayodya berketetapan tidak akan masuk sekolah selama penobatan juara untuk SMP N 2 Klaten tidak dibatalkan.
“Bila tidak disikapi dengan baiik, perlakuan diskiriminatif seperti ini bisa menjalar ke berbagai kegiatan lain di sekolah,” ujar Vita khawatir.
Ketika ditanya tindakan sekolah menyikapi permasalahan ini, Vita mengaku telah beberapa kali datang ke pihak sekolah dan komite sekolah untuk meminta maaf. Selain itu, saat dipanggil ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, pihak dinas juga telah bersedia memberikan piagam penghargaan khusus untuk Ayodya.
“Tidak. Anak saya tidak mau menerima. Itu bukan haknya. Dan lagi, mestinya bukan seperti itu penyelesaian dari persoalan ini. Hasil juara harus dianulir atau dibatalkan,” tegas Vita.
Dengan mata berkaca-kaca, Vita sempat bercerita diprotes Ayodya, mengapa dia harus menganut agama Hindu, dan bukan Islam sejak kecil, sehingga tidak akan terjadi masalah seperti yang dialaminya saat ini.
“Kalau mama Islam, kita Islam, Ayodya tidak akan mengalami hal ini,” cerita Vita kembali menangis Ayodya saat memprotes dirinya.
Sementara itu, dikonformasi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP N 2 Klaten, Siswadi mengaku belum mengetahui pasti detail persoalan dan peristiwa yang dialami salah seorang siswinya, yang bernama Ayodya. Setahu dia, pihak sekolah telah mengutus wali kelas dan guru BK (Bimbingan Konseling) untuk mendatangi pihak keluarga Ayodya.
“Tidak ada. Setahu saya, SOP nya tidak mengharuskan beragama Islam yang boleh menjadi tim aubade,” bantah Siswadi.
Terkait permintaan pembatalan hasil keuangan, Siswadi menunjuk pihak dinas yang lebih berwenang untuk menjawab hal tersebut. Pihak sekolah hanya menjadi peserta lomba. Juara dan tidaknya ditentukan oleh pihak dinas.
“Kalau aubade kan yang menyelenggarakan, setahu saya ya, yang menyelenggarakan dinas ya. Jadi yang memutuskan atau pun mencabutnya ya hak dinas,” lempar Siswadi ke pihak dinas.
Saat disambangi ke ruang kelasnya, Senin (25/8), Ayodya masih belum mau masuk sekolah. Bangku sekolah yang biasanya menjadi tempat duduknya terlihat kosong. Sementara itu, piala kejuaraan sebagai Juara I Lomba Aubade untuk SMP N 2 Klateh sudah sampai di sekolah. Tropi juara terbaru ini akan segera digabungkan dengan puluhan tropi kejuaraan lainnya di almari piala yang telah disediakan. (Anas)