Serap Ribuan Tenaga Kerja, Klaten Bakal Punya Pabrik Kayu Lapis

 

WARTAJATENG.ORG_KLATEN – Sebuah pabrik kayu lapis (plywood) berskala besar bakal beroperasi di Klaten, Jawa Tengah. Tepatnya, di Desa Kemiri, Kecamatan Tulung. Saat ini, proses pembangunan pabrik sedang berlangsung dan terus dikebut.

 

Diproyeksikan, pabrik kayu lapis ini akan menyerap ribuan tenaga kerja. Dan terutama, memicu pertumbuhan ekonomi warga di sekitar lokasi pabrik. PT Global Fame Industri Indonesia (GFII), nama pabrik kayu lapis ini, menempati lahan seluas 3,3 hektar. Proses pembebasan lahan pabrik yang seluruhnya berasal dari Sertifikat Hak Milik (SHM) warga setempat telah selesai dikerjakan.

 

Disampaikan kepada awak media, Kepala Desa Kemiri, Nuryanto menilai proses pendirian pabrik kayu lapis di wilayahnya akan membawa banyak dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

 

“Meningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD), (memberi) kontribusi program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk pembangunan desa, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” kata Kepala Desa Nuryanto, Kamis (18/9/2025).

 

Nuryanto menambahkan, keberadaan pabrik jelas akan membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Dengan begitu, mengurangi angka pengangguran. Nuryanto juga menyampaikan, pendirian pabrik kayu lapis di desa yang dipimpinnya bakal mendorong pertumbuhan pelaku UMKM dan pasar lokal.

 

“Pabrik ini bisa menjadi peluang besar bagi masyarakat desa untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Dengan adanya pabrik, kebutuhan logistik dan konsumsi karyawan akan memacu lahirnya usaha baru. Mulai warung makan, kos-kosan, hingga jasa transportasi,” jelasnya optimis.

 

Dikonfirmasi di kantornya, Camat Tulung, Hendri Pamungkas menyambut baik kehadiran pembangunan pabrik kayu lapis di Desa Kemiri. Hendri menegaskan, dengan adanya pabrik dapat meningkatkan perekonomian Masyarakat, serta akan menyerap tenaga kerja.

 

“Tentu kalau sudah ada pabrik perekonomian warga akan meningkat. Antara lain, warga bisa buat warung, kos-kosan, parkiran, dan lainnya,” ungkap Camat Tulung Hendri.

 

Hendri menyampaikan lanjut, pihaknya sangat mendukung dengan adanya pembangunan pabrik kayu lapis tersebut. Namun, terkait perizinan, Hendri menegaskan, pihaknya belum bisa menjelaskan banyak hal karena mesti melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di tingkat kabupaten.

 

“Yang jelas, kami mendukung adanya pabrik. Sebab pabrik itu akan meningkatkan ekonomi warga sekitar,” tambahnya.

 

 

Butuh 2000-3000 Karyawan

 

Dalam kesempatan terpisah, salah seorang perwakilan PT Global Fame Industri Indonesia (GFII), Eko Wardoyo menyampaikan, pabrik kayu lapis ini nantinya dapat menyerap tenaga kerja sekitar 2000-3000 karyawan pabrik. Secara tehnis, operasional pabrik akan memberlakukan dua shift kerja dalam setiap harinya.

 

“Pabrik akan menampung tenaga kerja 40 persen warga desa di sekitar pabrik dan 60 persen warga luar desa. Untuk mengantisipasi kalau-kalau warga sekitar ada kegiatan kampung. Tapi itu tidak baku, cuman yang kami terapkan 40 persen warga pribumi,” ujarnya.

 

Eko Wardoyo mengungkapkan, dalam tehnis pekerjaan pabrik nantinya. sebanyak 60 persen karyawan adalah tenaga Perempuan. Sisanya, 40 persen tenaga kerja pria. Terkait bahan baku, pihak pabrik akan menampung kayu-kayu dari lokal di wilayah Jawa Tengah.

 

“Jenis kayunya albasia atau sengon. Kalau bahan kayunya dari Klaten mencukupi. Tapi, misalnya di Klaten tidak mencukupi, kita ambil daerah lain di wilayah Jawa Tengah lainnya. Salah satunya dari Salatiga,” kata Eko lagi saat ditemui di lokasi pembangunan pabrik Desa Kemiri.

 

Lebih lanjut, Eko tidak manampik, bahwa dibangunnya pabrik kayu lapis ini akan mendatangkan keuntungan bagi warga sekitar. Antara lain misalnya, warga bisa mendirikan warung, membuat kos-kosan, dan terutama bisa bekerja di pabrik ini.

 

“Saat ini, saya melihat, bahkan sejak sedang dibangun saja, warga pribumi bisa mendapatkan kerja proyek. Jelas ini keuntungan bagi warga di sini. Kita lihat saja dimanan pun tempatnya, kalau ada pabrik pasti banyak pedagang di sekitar pabrik. Ekonomi warga jelas meningkat nantinya,” jelasnya lagi.

 

Terakhir, Eko Wardoyo menambahkan, apabila pabrik akan mulai beroperasi nanti, pihak pabrik akan melakukan pertemuan denga perwakilan warga dan/atau tokoh masyarakat sekitar. Ketentuan ini bersifat wajib dan menjadi komitmen bagi manajemen pabrik.

 

“Nanti kalau pabrik akan beroperasi, pasti ada pertemuan antara pihak pabrik dan perwakilan warga. Sebelumnya, saat pabrik akan dibangun, kita juga sudah ada pembicaraan dengan pihak desa,” tegas Eko. (ANAS)

Related posts
Tutup
Tutup